
Aku Hanya Diutus Untuk Menjemputmu
Oleh Amstrong Billah
Di kala aku tidur, kurasakan kenyamanan dan keindahan mimpi. Tapi, sejenak kemudian ada sesosok menakutkan menghampiriku. Dia datang mendekat dan berkata kepadaku.
“Apa kamu Zaid?”
“Iya, siapa tuan gerangan?”
“Aku diutus untuk mencabut nyawamu”
Sejenak aku terperangah, membisu dan gemetar. Aku pun balik bertanya kepada dia.
“Apa tuan malaikat izroil?”
“Iya, aku diutus untuk segera menjemputmu untuk mengahadap Tuhanmu”
“Atas dasar apa tuan menjemputku? Aku masih muda dan belum lah cukup pengabdianku kepada Tuhanku.”
“Aku hanya diutus untuk menjemputmu, bukan untuk menjawab pertanyaanmu.”
“Maaf,,,,, tuan, pernahkah anda mengkaji kitab daqoiqul akhbar?”
“Aku hanya diutus untuk menjemputmu, bukan untuk menuntut ilmu”
Sambil menghela nafas, aku sedikit memberontak atas tindakat malaikat izroil
“Hhh,,,,, tidakkah tuan mengerti bahwasanya tiada tempat bagi malaikat pencabut nyawa untuk mencabut nyawa seseorang yang selalu berlaku sholih dari arah manapun?”
“Aku hanya diutus untuk menjemputmu, bukan untuk menjawab pertanyaanmu.”
“Malaikat roqib mungkin mencatat, bahwa langkah-langkah kakiku hamba gunakan untuk menuntut ilmu, mataku hamba gunakan untuk membaca ilmu, telingaku hamba gunakan untuk mendengarkan ilmu, seluruh tubuhku hamba gunakan untuk menambah ilmu.”
“Aku hanya diutus untuk menjemputmu dan aku tidak tahu-menahu mengenai perihal itu.”
“Sebelum tuan mencabut nyawaku, tolong sampaikan apa yang telah aku sampaikan kepada tuan. Aku ingin mendapat jawaban dari Tuhan.”
“Akan aku sampaikan pertanyaanmu kepada Tuhan dan aku akan segera kembali untuk mencabut nyawamu karena aku diutus untuk menjemputmu untuk menghadap Tuhan.”
Malaikat izroil pun segera menhadap Tuhan. Sesaat kemudian, malaikat izroil kembali datang dan menatap mataku tajam-tajam.
“Apakah kamu ingin tahu apa jawaban Tuhanmu?”
“Sampaikanlah apa yang sudah Tuhan sampaikan kepada tuan,”
“Tidak sadarkah kamu atas perbuatanmu? Kamu gunakan seluruh tubuhmu untuk menuntut ilmu, namun tidak kah kau sadar bahwa kamu seleweng dari jalan itu? Kamu gunakan kakimu untuk mendatangi wanita-wanita yang bukan muhrimmu, padahal masa menuntut ilmu telah usai. Kau gunakan matamu untuk melihat wanita bukan muhrimmu dan mengatasnamakan Tuhan kau katakan kalau itu pemandangan, berani sekali kau membawa nama Tuhan dalam kehinaan. Selain itu, kau gunakan mulutmu untuk membicarakan hal-hal madharat dan menggunjing orang, ketahuilah bahwa hal itu bukan kritis namun egois karena riya’mu. Lalu, kau gunakan telingamu untuk mendengar ucapan-ucapan yang menghina Tuhanmu dan kamu seia dengan mereka. Alasan apa lagi yang ingin kamu sampaikan?”
“Maaf,,,,,tuan, sejak kapan tuan sekritis itu? Bukan kah tuan hanya diutus untuk menjemputku?”
“Setelah ini aku akan segera menjemputmu untuk menghadap Tuhan dan mempertanggungjawabkan tindakanmu.”
“Saya tidak mau tuan untuk menghadap Tuhan saat ini”
“Alasan apa yang akan kamu sampaikan?
“Hamba ini masih belajar dan akan terus belajar, hamba belum memiliki bekal yang cukup untuk menghadap Tuhan. Selain itu, islam hamba belum lah kaffah. Sedangkan, tuan pun mengetahui pula bahwa semua makhluk Tuhan diperintah untuk masuk islam secara kaffah. Atas nama belas kasih Tuhan, hamba memohon perpanjangan waktu hidup untuk membuktikan kesungguhan pengabdian hamba kepada Tuhan.”
“Bawa nama Tuhan lagi kamu, berani sekali kamu. Apa kamu tidak sadar atas semua tindakanmu?”
“Hamba mohon sampaikan salam hamba tadi kepada Tuhan sebelum tuan mencabut nyawa hamba.”
Dengan sedikit jengkel dan heran malaikat izroil menghadap Tuhan.
Sekitar lima menit malaikat izroil kembali menemuiku dengan muka sedikit masam.
Tanpa pikir panjang aku rebahkan tubuhku untuk pencabutan nyawaku.
Tanpa aku duga, malaikat izroil mengucapkan kata-kata:
“Permohonan perpanjangan masa hidupmu dikabulkan. Aku tidak jadi menjemputmu sekarang ini. Namun kamu harus ingat!”
Ku sahut ucapannya:
“Ingat apa tuan?”
“Aku hanya diutus untuk menjemputmu.”