
MTs Sunan Kalijogo Gerbang Masa Depanku
Oleh Abu Yazid
Salam Indonesia Jaya.
Inilah pintu gerbang masa depanku. Itulah kalimat yang terpintas dalam hati kecil ini kala memasuki gerbang MTs Sunan Kalijogo. Suatu harapan besar terpatri di madrasah tercinta ini. Sebuah kisah hidup terlukis indah dengan aneka rekanya. Pertalian pertemanan dan persahabatan terajut erat di tempat yang dekat dengan Sungai Brantas ini. Inilah gerbang yang akan memberi cerita di masa depanku nanti.
Harapan besar seluruh keluarga besar madrasah terpampang indah dalam sebuah banner dalam angan. Sebuah harapan demi terciptanya insan cendekia nan setia pada almamater, agama, dan negara. Harapan atas lahirnya generasi-generasi Islami yang selalu setia pada Ilahi, nabi, dan negeri. Cita mulia terbentuknya karakter pejuang yang menabuh genderang sebarkan Islam tanpa pedang.
Namun, cita-cita tersebut saat ini masihlah mimpi. Madrasah tercinta ini saat ini terus berbenah memperbaiki diri dan quality. Perjuangan menuju cita mulia tersebut masih jauh ke depan. Infrastruktur masih terus ditingkatkan. Sarana-prasarana dalam masa perbaikan. Dan pembentukan karakter mulia terus digalakkan.
Hal tersebut tidak menjadikan kami pesimis dengan madrasah ini. Melalui keyakinan dan tindakan kami akan terus berusaha mewujudkan cita-cita mulia yang tak lepas dari jalan agama. itu semua tidak terlepas dari cita mulia supaya kelak keluarga besar madrasah merasa bangga dan yakin bahwa MTs Sunan Kalijogo ini hadir di dunia ini tidak semata hanya sebatas inventaris sekolah yang terdaftar di negara ini. Melalui cita mulia ini pula kami berniat menjadi role model sekolah yang mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu dunia (baca: umum).
Apabila memandang ke depan, kami selalu optimis bahwa madrasah ini pantas untuk menjadi yang terbaik. Tidak hanya sekedar kuantitas siswa yang ditingkatkan, namun juga kualitas siswa yang perlu digalakkan. Kami ingin mematri di fikiran setiap orang tentang Kediri. Apabila membincang Kediri, maka apa yang terpintas bukanlah Kota Tahu lagi, melainkan Kota Pendidikan. Dan hal tersebut terwakili oleh MTs Sunan Kalijogo yang terletak di pinggir kali.
Membincang masa depan, MTs Sunan Kalijogo memiliki beberapa mimpi demi terciptanya mulia ini. Mimpi ini kami lukis indah sebagai penyemangat dalam mengabdi di madrasah ini. Kami selalu berusaha meciptatakan suatu program yang dapat mangakomodasi kebutuhan baik siswa ataupun guru dan staf madrasah. Mimpi ini tidak akan pudar selama kami terus mengikat diri pada janji hidup, yaitu dedikasi sampai mati.
Dalam jangka pendek, MTs Sunan Kalijogo harus berani merubah paradigma tentang entitas madrasah. Madrasah hadir tidak hanya untuk mengisi daftar jumlah madrasah di Kementerian Agama, melainkan tugas suci dari Ilahi untuk mendidik siswa yang Islami. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kehebatan suatu sekolah atau madrasah tidak terletak pada banyaknya kuantitas siswa, melainkan seberapa baik kualitas siswa. Dan kebesaran suatu madrasah bukan dilihat dari berapa jumlah kelas yang dimiliki, namun raihan prestasi apa saja yang telah dimiliki. Tiada guna memiliki siswa ribuan, namun mental kacangan.
Kuantitas prajurit bukanlah jaminan meraih kemenangan, melainkan kualitas prajuritlah yang menentukan. Seharusnya kita belajar dari Perang Badar yang peperangan tersebut dimenangkan oleh pasukan muslim dengan pasukan yang jauh lebih sedikit dibanding pasukan mush. Begitu juga dengan madrasah ini, siswa adalah para calon prajurit yang akan bertempur di masa depan di segala bidang. Oleh sebab itu, perekrutan prajurit pengawal masa depan harus melalui sistem yang selektif dan tidak serta merta meloloskan siswa yang mendaftar. Ini bukan masalah sulit mendaftar atau tidak, melainkan suatu usaha untuk mencetak generasi yang ideal. Dan hal yang tidak bisa lepas dari usaha meningkatkan kualitas siswa adalah kedisiplinan. Suatu madrasah akan dikatakan berhasil mendidik karakter siswanya apabila tingkat kedisiplinan di kalangan siswa tinggi. Budaya malu datang terlambat, tidak memasukkan baju, tidak mengerjakan tugas bukanlah hanya sekedar slogan yang ditempel di dinding-dinding, melainkan sudah menjadi ruh setiap siswa.
Selain itu, pembenahan sarana dan prasarana merupakan hal yang harus diperhatikan. Apalah gunanya memiliki siswa berkualitas tanpa didukung sarana dan prasarana yang dapat mendukung daya kembang pikir siswa. Madrasah apabila ingin menjadi madrasah yang ideal haruslah mengayomi kebutuhan siswa. Madrasah harus hadir untuk siswa, bukan sebaliknya. Maka dari itu, sarana dan prasarana menjadi hal yang patut diutamakan demi menunjang keberhasilan dan kecerdasan siswa. Sarana dan prasarana tidak harus semuanya dikalkulasi dengan biaya yang mahal, melainkan dengan pemanfaatan sumber daya yang ada. Bukanlah hal yang baru apabila siswa suka coret-mencoret. Ini bukanlah suatu kekurangan siswa, melainkan sebaliknya. Hal ini apabila dicermati dengan bijak akan menjadi suatu nilai lebih bagi madrasah apabila mampu memberdayakan siswa-siswa tersebut untuk membuat mural dan grafiti di tembok-tembok yang kosong. Tembok-tembok yang kosong akan menjadi nilai tersendiri. Selain nilai seni yang tersimpan, tembok tersebut akan menjadi saksi kreativitas siswa dan akan membekas pada diri siswa yang berkarya di tembok tersebut.
Puncak dari usaha-usaha di atas adalah pencapaian penghargaan Adiwiyata. Dengan pengalaman yang telah dimiliki berpuluh tahun, seharusnya madrasah kita sudah patut masuk dalam kategori Madrasah Adiwiyata. Dengan pencapaian penghargaan Adiwiyata, hal tersebut menunjukkan bahwa madrasah telah layak untuk para siswa. Sedangkan, madrasah yang tidak masuk dalam kategori Adiwiyata merupakan madrasah yang masih belum layak untuk siswa. Maka, bahwa madrasah kita harus meraih penghargaan Adiwiyata bukanlah hanya mimpi yang terus digantung dilangit tujuh. Penghargaan ini ibarat bulan yang sesulit apapun kita harus sampai pada bulan. Dengan penuh rasa optimis, kami memandang MTs Sunan Kalijogo dan penghargaan Adiwiyata di masa depan umpama bumi dan bulan. Penghargaan Adiwiyata yang diibaratkan dengan bulan harus tetap pada orbitnya, yaitu bumi MTs Sunan Kalijogo. Jadi, di masa depan apabila membincang Adiwiyata, maka MTs Sunan Kalijogolah yang pertama kali terpintas di benak para pelaku dunia pendidikan.
Go Green menjadi suatu trend di kalangan dunia pendidikan saat ini. Suatu sekolah atau madrasah yang hijau dan penuh pepohonan menjadi salah satu kriterianya. Siswa membuang sampah pada tempatnya pula menjadi indikasinya. Lalu, MTs Sunan Kalijogo apakah sudah sedia menuju go green? Hal ini tidak perlu dijawab dengan bermacam retorika menyesatkan. Mengapa demikian, go green tidak hanya sekedar hijau dengan aneka macam bunga dan pepohonan. Bukan pula kesadaran siswa membuang sampah pada tempatnya. Namun, go green merupakan suatu konsep kesadaran bahwa bumi ini sudah tua dan perlu diremajakan. Memang benar bahwa dengan penghijauan madrasah merupakan suatu usaha untuk membantu peremajaan bumi ini. Namun, semakin banyak sampah, terutama plastik yang partikelnya tidak bisa hancur, hanya akan menimbulkan masalah baru lingkungan.
Go green merupakan suatu usaha yang sangat sukar untuk dilaksanakan. Kesadaran go green merupakan suatu kesadaran yang bisa dikatakan sedikit gila dan aneh bagi kalangan masyarakat pedesaan. Bagaimana tidak, sikap go green diindikasikan dengan pengurangan, bahkan penghentian penggunaan plastik. Mengapa plastik? Hal ini karena plastik mengandung senyawa yang tidak bisa atau sulit diurai sehingga ini menyebabkan tingkat kesuburan tanah berkurang. Apabila kesuburan tanah berkurang, maka tanaman pun akan sukar untuk tumbuh kembang menghijaukan bumi ini sehingga bumi akan terasa lebih panas dari saat ini. Indikasi go green selanjutnya adalah pengurangan penggunaan kertas. Ada yang bilang bahwa kertas merupakan sarana vital dalam suatu lembaga, terutama pendidikan. Namun tahukah kita? Semakin banyak kertas yang kita pakai maka akan semakin banyak pula pohon yang akan ditebang. Dengan demikian, penggunaan kertas secara besar-besaran sama dengan mendukung penebangan pohon penghasil kertas. Lebih lanjut, hal tersebut sama halnya dengan pembangkangan atas karakter go green. Meskipun sekolah dan madrasah seluruh Indonesia menanam masing-masing dua puluh pohon, hal tersebut tidak akan mampu mengimbangi jumlah pohon yang telah ditebang untuk pembuatan kertas.
Di era digitalisasi ini, paperless action tidak cukup hanya slogan. Semisal, ketika penerimaan peserta didik baru seharusnya siswa tidak perlu lagi mengumpulkan berkas-berkas yang berupa kertas. Siswa ketika mendaftar cukup membawa softcopy atau membawa berkas asli lalu di-scan. Selanjutnya softcopy tersebut disimpan dalam aplikasi penyimpanan, semisal One Drive, Google Drive, Cloud, dan lain sebagainya. Sehingga apabila berkas tersebut dibutuhkan sewaktu-waktu pihak madrasah tinggal download dalam akun-akun tersebut tanpa harus merepotkan siswa untuk menyetorkan berkas lagi. Hal tersebut sangat sederhana namun dapat membantu terciptanya paperless school yang merupakan manifestasi dari go green school.
Meskipun berat, namun kita harus optimis bahwa satu setengah dekade ke depan MTs Sunan Kalijogo mampu menjadi the real of go green school. Apabila MTs Sunan Kalijogo mampu menjadi plasticless and paperless school, kami yakin ke depannya MTs Sunan Kalijogo tidak hanya sekedar menjadi langganan penghargaan Adiwiyata, melainkan menjadi role model bagi sekolah dan madrasah se-Indonesia. Dan bukan tidak mungkin apabila MTs Sunan Kalijogo mampu menjadi the real of go green school maka international reward berada di pangkuan MTs Sunan Kalijogo.
Hal-hal di atas mungkin bagi sebagian kalangan adalah sebuah khayalan semata. Bagi sebagian kalangan, hal-hal diatas hanya ada dalam tulisan untuk memenuhi kolom Majalah IMASKA. Apabila hanya demikian, maka pihak-pihak yang beranggapan demikian adalah pihak-pihak yang hanya berjalan di tempat dan sulit untuk diajak berlari. Kami yakin hal-hal di atas bisa menjadi kenyataan apabila seluruh elemen di MTs Sunan Kalijogo ada niatan untuk merubah wajah MTs Sunan Kalijogo yang kusam menjadi berseri. Tidak hanya niatan, namun tindakan nyata dari seluruh elemen MTs Sunan Kalijogo dan didukung oleh sistemlah yang akan menjadikan hal-hal di atas terwujud. Tindakan tanpa sistem yang mendukung atau sebaliknya hanyalah ibarat cinta bertepuk sebelah tangan.
Salam Indonesia Jaya.