
MENJADI PRIBADI MUMPUNI
Oleh: Toifan Lutfi,S.Pd.I
Penulis adalah Guru matematika MTs. Sunan Kalijogo
Berbicara tentang “Pribadi Mumpuni (professional)” mungkin akan memunculkan beberapa pertanyaan dalam benak kita. Apa sebenarnya pribadi mumpuni (menjadi orang professional dibidangnya)? Bagaimana?
Menjadi pribadi mumpuni? Mungkin terasa sulit bagi kita, apalagi yang masih berada pada usia belia. Mayoritas pada usia ini, setengah waktunya cenderung digunakan untuk bersantai dan bersenang-senang daripada harus serius dan fokus pusing memikirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masa depan. Padahal diusia tersebut merupakan waktu yang tepat untuk membentuk diri menjadi pribadi yang berkualitas mumpuni. Untuk meminimalisir hal-hal negatif (menyia-nyiakan waktu) tersebut, kita perlu jujur kepada diri kita sendiri bahwa sebenarnya banyak hal yang perlu diperbaiki. Cara seperti ini bisa dilakukan dengan cara sederhana yaitu sebelum tidur lakukan refleksi singkat tentang semua hal negatif yang dilakukan sepanjang hari. Oleh karena itu, untuk menjadi pribadi yang mumpuni tidak semudah yang dibayangkan. Untuk memperolehnya perlu adanya tekad yang kuat dan perjuangan yang panjang. Kalaupun sudah memperolehnya, dalam menjaga “pribadi mumpuni” perlu diimbangi dengan kemauan yang tinggi dan sikap konsisten.
Secara etimologi, pribadi berarti manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau dirinya sendiri) sedangkan mumpuni mempunyai arti mampu melaksanakan tugas dengan baik (tanpa bantuan orang lain); menguasai keahlian (kecakapan, ketrampilan) tinggi. Dari uraian makna kata tersebut diperoleh definisi dari pribadi mumpuni yaitu pribadi yang mampu melaksanakan tugas dengan baik serta memiliki keahlian tertentu sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dengan demikian seseorang yang berkepribadian mumpuni adalah seseorang yang mempunyai kualifikasi professional dibidangnya, mempunyai kualitas dan mutu diri yang unggul yang mampu membawa perubahan yang lebih baik.
Pandangan sebagai orang mumpuni sepertinya telah menjadi penghargaan tersendiri bagi siapapun yang berusaha membangun dirinya. Pandangan demikian mungkin muncul karena selama ini pribadi mumpuni selalu diasosiasikan dengan kualitas, keunggulan, dan kinerja yang dapat diandalkan. Namun, apakah benar bahwa kualitas mumpuni semata-mata hanya dinilai dari kemampuan dan penguasaan individu terhadap tugas saja?
Jika kita merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, ternyata jawabannya tidak. Mumpuni dalam ranah pribadi professional, berdasarkan definisi dari kamus tersebut, profesionalisme diartikan sebagai “mutu, kualitas, tindak tanduk yang merupakan ciri orang yang professional.” dengan kata lain, menjadi profesional tidak hanya menyangkut seberapa cakap penguasaannya terhadap bidang kerjanya, namun juga berkaitan dengan sikap, tindak tanduk dan perilaku.
Berikut ini merupakan tiga langkah sederhana yang perlu kita lakukan untuk membangun citra diri sebagai pribadi mumpuni bagi siapapun, khususnya bagi mereka yang sedang mulai membangun diri dan karir di bidangnya.
Langkah pertama; pribadi mumpuni adalah pribadi yang senantiasa memegang teguh etika. Etika mengacu kepada nilai-nilai universal yang harus dimiliki oleh setiap orang dimanapun ia berada. Nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kerja keras merupakan contoh nilai-nilai yang harus dimiliki dan dipegang teguh oleh seseorang yang sedang membangun diri. Sepintar dan seahli apapun seseorang dalam bidang yang dikuasainya, tidak akan berarti apa-apa jika ia tidak mendapatkan kepercayaan dari orang lain, atasan dan koleganya akibat pribadinya yang tidak jujur. Sebagaimana kata pepatah, kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana saja, pribadi mumpuni adalah pribadi yang selalu menjaga nilai-nilai universal ini.
Langkah kedua; seorang pribadi yang mumpuni harus menguasi etiket. Etiket merupakan tata nilai dan tata perilaku yang lebih mendetail mengatur bagaimana orang harus bersikap dan berperilaku disuatu tempat. Penerapan etiket bisa sangat bervariasi tergantung dari latar budaya dan sosial geografis organisasi. Pribadi yang profesional dapat menyesuaikan diri dengan tata aturan yang khas ini. Penguasaan sikap saat menghadapi atasan ataupun melaksanakan sutau tugas akan sangat menentukan bagi terbentuknya citra positif seseorang. Termasuk dalam etiket ini adalah bagaimana seseorang membawakan dirinya secara penampilan. Pribadi mumpuni akan dapat mengemas dirinya dengan baik melalui sikap, perilaku, dan penampilan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.
Langkah ketiga; nilai pribadi serta kemasan diri yang baik harus segera dilengkapi dengan kompetensi yang tinggi. Menguasai Tugas/Pekerjaan dengan baik menjadi kata kunci terakhir untuk membangun reputasi sebagai pribadi mumpuni. Sebaik apapun sikap dan nilai pribadi kita jika tidak dibarengi dengan isi kualitas kinerja kita, maka nilai-nilai tersebut tidak akan terlalu membantu. Untuk dapat menjadi pribadi yang dapat diandalkan dalam bidang kita, tidak ada cara lain kecuali setahap demi setahap kita terus memperbaiki dan mengembangkan kompetensi di bidang yang kita tekuni.
Setinggi apapun keahlian kita, namun jika tidak dibarengi dengan pembawaan diri yang baik dalam hubungan sosial (etiket) akan membuat citra mumpuni tidak sempurna. Sebaliknya, sebaik apapun sikap kita terhadap semua orang, namun tidak menguasi pekerjaan yang dibebankan ke kita, hanya akan menimbulkan berbagai masalah pada diri dan organisasi dimana kita berada. Begitu juga jika keahlian tinggi yang kita miliki serta sikap yang baik tidak diiringi dengan nilai kejujuran dan integritas yang dipegang teguh, profesionalisme yang nampak melekat hanya akan menjadi citra semu belaka. Untuk itu, bagi kita yang sedang bersama membangun karakter mumpuni ini, etika, etiket dan penguasaan akan pekerjaan haruslah bersama kita kembangkan.