
PEMUDA DAN MINAT BAKAT
Oleh: Gus Hubaib
Ki Hadjar Dewantara
Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodratitu.
Albert Einstein
Semua orang jenius. Tapi jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya memanjat pohon, ia akan menjalani hidupnya dengan percaya bahwa itu bodoh.
Wajah-wajah polos berbusanakan celana biru tua dan kemeja putih nampaknya terlalu kaku untuk mencerminkan dunia mereka, dunia yang diisi dengan kenekatan, rasa penasaran yang tinggi akan hal-hal baru dan rasa haus akan petualangan, disela-sela pelajaran Terlibat aktif dalam OSIS atau ekskul, belajar menemukan arti sebuah persahabatan, sebab seperti halnya apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib, “Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman tetapi menyia-nyiakannya.” Itu tergambarkan dengan aktif peduli terhadap sesama, melatih diri berorganisasi dan ketika malam merampungkan PR yang menanti lagi di pagi hari, sungguh potret aktifitas yang begitu penuh warna.
Namun apakah masih ada aktifitas semacam itu, kini mereka tergesa untuk segera pulang, dan kemudian ngopi, tetring WIFI, main game sampai pagi. Buya Hamka pernah mengatakana, “Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.” Terlalu kelabu masa-masa ini sekedar berlalu tanpa ada pengalaman yang berarti, masa dimana seharusnya untuk menjajaki diri, melawan ketakutan-ketakutan yang membelenggu diri, dan malah seharian berpetualang dengan gawai barunya dalam kamar.
Kemanakah penerus Sukarno muda yang dulu bersemangat dalam belajar dan berorganisasi meskipun nyawanya terancam, kemanakah penerus Raden Ajeng Kartini muda yang lantang bersuara meski pendidikannya terhalang-halangi, kemanakah penerus Haji Agus Salim muda yang nekat dan pemberani, kemanakah perginya penerus Bung hata muda yang rajin dan gemar membaca, kemanakah mereka, matikah mereka?, tidak, mereka belum mati selama semangat menereka ada yang mewarisi.
Bakat adalah kemampuan, dan minat adalah ketertarikan terhadap sesuatu, Berbicara tentang itu, pastinya berbicara tentang potensi Sumber Daya Manusia untuk melanjutkan estafet para pendahulu, mencipta generasi yang mampu mewujudkan “mimpi yang belum terbangun,” yaitu, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, sesuai dengan cita para pendiri bangsa yang tertera dalam pembukaan UUD 1945.
Itu akan tetap menjadi mimpi indah belaka, memang banyak factor yang menyebabkan itu tak menejadi nyata, namun dalam hal ini semangat dan keberanian generasi muda juga sangat menentukan, seperti halnaya Pramoedya Ananta Toer katakana, “Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri.” Mungkin itu terlalu kasar, namun begitulah penyemangat dalam bentuk “sarkasme” yang mencambuk semangat dalam lecutan pemuda yang tak pernah gentar akan rintangan yang dihadapinya.